grand design
Mari kita bayangkan munculnya sebuah kota yang ideal, qaryatan aminatan muthmainnah, kota yang aman dan nyaman. Saya membayangkan SMART CITY, dimana warga dan orang-orang yang ada di dalamnya bisa tinggal (hidup), bekerja, belajar, dan bersenang-senang dengan tenang. Kota kosmopolit yang di dalamnya hidup dan berkembang berbagai budaya dari manusia yang berasal dari berbagai latar belakang... Kota yang menyediakan jaminan dan layanan kesehatan yang baik bagi warganya... Kota yang bisa mewujudkan harapan warganya akan lapangan pekerjaan dan penghasilan yang baik, yang bisnisnya tumbuh sebagai ladang subur... Kota yang bisa memberikan akses pendidikan yang murah - bahkan gratis - bagi semua warga, dengan pendidikan berkualitas, dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi... Kota yang memiliki ruang publik yang sangat luas yang bisa dimasuki oleh warga untuk berinteraksi dan berbagi antarsesama... Kota yang berkomitmen pada green area, hutan kota, yang memungkinkan kota bisa menyerap air hujan dan menjadikannya sebagai sumber kehidupan serta menghindari banjir. Dengan itu kota juga akan menjadi seimbang dan berkesimbungan, indah, dan asri... Kota yang memiliki banyak warisan budaya dan masyarakatnya mempunyai kesadaran tinggi untuk memelihara dan menghargai serta mengembangkannya.... Kota yang kita impikan adalah kota yang toleran, aman, nyaman, sehat, ramah, berbudaya, produktif, dan berkarakter.
Kota idaman itu harus dibangun di atas fondasi dan struktur yang kuat, serta oleh partisipasi seluruh warga masyarakat tanpa kecuali. Warga dan pemimpinnya harus mempunyai visi yang kuat tentang sebuah kota bersatu padu dalam mimpinya akan sebuah kota, dalam memilih cara kerja mewujudkan mimpi itu, dan dalam menentukan pilihan pintu masuk dan fokus dalam membangun. Membangun visi bersama (bukan hanya visi pemimpin, tetapi juga visi warga) - yang kuat adalah tugas seorang visioner. Demikian juga menentukan pilihan pintu masuk dan fokus serta prioritas adalah tugas pemimpin. Seorang pemimpin dan warganya harus berani memilih pintu masuk, strategi, dan tema gerakannya di tengah sekian banyak pilihan agar dalam membangun kota terarah. Memilih adalah cara mengatasi berbagai keterbatasan-keterbatasan.
Warga yang visi dan aspirasinya telah terserap wajib berpartisipasi aktif di dalamnya. Tugas seorang pemimpin adalah memastikan pilihan-pilihan itu berjalan dalam koridor yang benar, baik, dan layak berdasarkan standar hukum, moral, dan etika. Untuk itu kita harus memiliki dan memilih pemimpin yang bisa dipercayai oleh segenap warga (trusted leaders). TRUSTED LEADERs adalah prasyarat yang harus dimiliki oleh masyarakat yang sedang membangun. Pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat (strong personality) yang dibentuk oleh integritas moral, kualitas pengetahuan, produktifitas dan semangat kerja, dapat diandalkan, dan berkomitmen pada penegakan hukum. Kepemimpinan ala Nabi Muhammad, yakni siddik, amanah, tabligh, dan fathonah bisa menjadi sumber inspirasi. Model kepemimpinan seperti ini PASTI menginspirasi cara masyarakat (society) terlibat dan bagaimana sistem (system) membangun. Kepemimpinan seperti ini pasti komit pada good governance, pengembangan pengetahuan melalui pendidikan, inovasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah masyarakat, pelayanan publik yang baik, penghargaan pada keterampilan dan profesionalitas, serta peran dan penguatan hukum. pemimpin seperti ini pasti akan melahirkan (memilih) agen atau aparatur yang berwibawa, profesional dan punya keterampilan, beretika, dan bisa dikontrol. Di sisi lain, pemimpin model ini PASTI menginspirasi warga mau belajar, belajar untuk berubah, termotivasi untuk terlibat, dan produktif. Warga di bawah naungan pemimpin seperti ini adalah warga yang memiliki karakter terpelajar (edecated) tetapi mau diatur dan taat (cultured).
Kita punya modal yang sangat kuat untuk itu, tetapi modal itu selama ini kita pendamkan. Sekaranglah saatnya kita munculkan kembali sebagai kekuatan utama kita dalam membangun. Ialah ISLAMIC ETHICS. Masyarakat kita adalah masyarakat yang sudah terbukti bisa membangun peradaban di timur dengan etika dasar Islam itu, sebagaimana halnya masyarakat Barat membangun peradaban dengan Protestant Ethics. Inilah adalah pilihan. Nilai-nilai ethik itulah struktur "DNA" masyarakat sebagaimana dikatakan oleh Reinald Kasali - untuk berubah, CHANGE.
Untuk menggerakkan DNA itu akar bekerja sebagai karakter komunal warga kita mulai dari pintu PENDIDIKAN dalam rangka revitalisasi BUDAYA. Kita harus berani berinvestasi di bidang ini, besar-besaran, meskipun kita akan memetiknya 10-20 tahun mendatang. Jangka panjang. Kita harus berpikir jangka panjang (visioner) karena yang kita mau bangun adalah peradaban, bukan sekedar menghabiskan anggaran pembangunan, sementara kota berjalan di tempat, mutar-mutar, tanpa perubahan yang terarah.
Kita membangun bukan untuk kita, tetapi untuk generasi akan datang...
AYO KOTA BIMA, BELAJAR!
Kota idaman itu harus dibangun di atas fondasi dan struktur yang kuat, serta oleh partisipasi seluruh warga masyarakat tanpa kecuali. Warga dan pemimpinnya harus mempunyai visi yang kuat tentang sebuah kota bersatu padu dalam mimpinya akan sebuah kota, dalam memilih cara kerja mewujudkan mimpi itu, dan dalam menentukan pilihan pintu masuk dan fokus dalam membangun. Membangun visi bersama (bukan hanya visi pemimpin, tetapi juga visi warga) - yang kuat adalah tugas seorang visioner. Demikian juga menentukan pilihan pintu masuk dan fokus serta prioritas adalah tugas pemimpin. Seorang pemimpin dan warganya harus berani memilih pintu masuk, strategi, dan tema gerakannya di tengah sekian banyak pilihan agar dalam membangun kota terarah. Memilih adalah cara mengatasi berbagai keterbatasan-keterbatasan.
Warga yang visi dan aspirasinya telah terserap wajib berpartisipasi aktif di dalamnya. Tugas seorang pemimpin adalah memastikan pilihan-pilihan itu berjalan dalam koridor yang benar, baik, dan layak berdasarkan standar hukum, moral, dan etika. Untuk itu kita harus memiliki dan memilih pemimpin yang bisa dipercayai oleh segenap warga (trusted leaders). TRUSTED LEADERs adalah prasyarat yang harus dimiliki oleh masyarakat yang sedang membangun. Pemimpin harus memiliki kepribadian yang kuat (strong personality) yang dibentuk oleh integritas moral, kualitas pengetahuan, produktifitas dan semangat kerja, dapat diandalkan, dan berkomitmen pada penegakan hukum. Kepemimpinan ala Nabi Muhammad, yakni siddik, amanah, tabligh, dan fathonah bisa menjadi sumber inspirasi. Model kepemimpinan seperti ini PASTI menginspirasi cara masyarakat (society) terlibat dan bagaimana sistem (system) membangun. Kepemimpinan seperti ini pasti komit pada good governance, pengembangan pengetahuan melalui pendidikan, inovasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah masyarakat, pelayanan publik yang baik, penghargaan pada keterampilan dan profesionalitas, serta peran dan penguatan hukum. pemimpin seperti ini pasti akan melahirkan (memilih) agen atau aparatur yang berwibawa, profesional dan punya keterampilan, beretika, dan bisa dikontrol. Di sisi lain, pemimpin model ini PASTI menginspirasi warga mau belajar, belajar untuk berubah, termotivasi untuk terlibat, dan produktif. Warga di bawah naungan pemimpin seperti ini adalah warga yang memiliki karakter terpelajar (edecated) tetapi mau diatur dan taat (cultured).
Kita punya modal yang sangat kuat untuk itu, tetapi modal itu selama ini kita pendamkan. Sekaranglah saatnya kita munculkan kembali sebagai kekuatan utama kita dalam membangun. Ialah ISLAMIC ETHICS. Masyarakat kita adalah masyarakat yang sudah terbukti bisa membangun peradaban di timur dengan etika dasar Islam itu, sebagaimana halnya masyarakat Barat membangun peradaban dengan Protestant Ethics. Inilah adalah pilihan. Nilai-nilai ethik itulah struktur "DNA" masyarakat sebagaimana dikatakan oleh Reinald Kasali - untuk berubah, CHANGE.
Untuk menggerakkan DNA itu akar bekerja sebagai karakter komunal warga kita mulai dari pintu PENDIDIKAN dalam rangka revitalisasi BUDAYA. Kita harus berani berinvestasi di bidang ini, besar-besaran, meskipun kita akan memetiknya 10-20 tahun mendatang. Jangka panjang. Kita harus berpikir jangka panjang (visioner) karena yang kita mau bangun adalah peradaban, bukan sekedar menghabiskan anggaran pembangunan, sementara kota berjalan di tempat, mutar-mutar, tanpa perubahan yang terarah.
Kita membangun bukan untuk kita, tetapi untuk generasi akan datang...
AYO KOTA BIMA, BELAJAR!